Kamis, 04 Oktober 2012


FUNGSIONALISASI CANGKANG KERANG HIJAU (PERNA VIRIDIS)
SEBAGAI PENINGKAT KADAR KALSIUM SUSU FERMENTASI
PENDAHULUAN
Latar Belakang



Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama
dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh
dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Setelah umur 20
tahun, tubuh akan mulai mengalami kekurangan kalsium sebanyak 1% setiap
tahun, Ketika berumur lebih dari 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam
tubuh akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% saat usia 70
tahun (Winarno 1992). Gejala awal kekurangan kalsium adalah lesu, berkeringat,
gelisah, sesak nafas, tidak bertenaga, selera makan berkurang, sembelit, insomnia,
kaki kejang (kram), dan lain-lain. Apabila gejala awal telah nampak dan tidak
diberikan kalsium yang cukup, maka akan mempengaruhi kesehatan dan mudah
terserang penyakit lain. Kekurangan Kalsium akan menyebabkan 109 jenis
penyakit. Pada anak-anak yang menghadapi rakitis, 10-50% adalah disebabkan
oleh kekurangan kalsium (Naseotion et al. 1994).
 Agar tulang menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama
kalsium. Kalsium merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan
tulang, dan gigi yang dapat diperoleh dari susu(Winarno 1992). Kecenderungan
kebutuhan kalsium ini yang menyebabkan sebagian besar orang mengkonsumsi
susu.
Akan tetapi kebutuhan harian manusia akan kalsium tidak dapat terpenuhi
melalui susu. Setiap 100 gram susu terkandung kalsium sebesar 125 miligram,
sementara persentase penyerapan dalam tubuh normal sebesar 20-90% tergantung
golongan usia. Padahal Anak usia 1-3 tahun membutuhan 500 mg kalsium setiap
harinya, atau setara dengan 4 gelas susu. Anak usia sekolah 4-8 tahun
membutuhkan 800 mg kalsium per hari. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
mengkonsumsi 6,5 gelas susu setiap harinya. Anak berusia 9-18 tahun
membutuhkan sekitar 1300 mg kalsium setiap harinya. Kebutuhan kalsium yang
tinggi ini dibutuhkan ketika mereka mulai memasuki masa pubertas yang setara
dengan 10,5 gelas susu (Soekarti dan Kartono 2004)
Di Indonesia, menurut Khomsan (2004), konsumsi susu rata-rata hanya
sekitar 0,5 gelas per minggu setiap orang. Seseorang yang mengonsumsi susu
dalam jumlah yang rendah pada saat anak-anak dan remaja, memiliki risiko
kurangnya kepadatan tulang dan terjadinya osteoporosis pada saat dewasa.
Penderita osteoporosis di Indonesia telah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan yaitu sebesar 19,7% (Puslitbang Gizi dan Makanan).
Kecenderungan osteoporosis ini enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan
osteoporosis di Belanda (Depkes 2004). Menurut Weinsier dan Krumdieck
(2000),
dari 57 studi, 53% menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara konsumsi susu
terhadap kepadatan tulang, 42% menunjukkan pengaruh positif dan 5%
menunjukkan pengaruh negatif terhadap kepadatan tulang.  Hal tersebut
disebabkan jumlah kalsium dalam susu amat minim sehingga diperlukan kalsium
tambahan untuk menghasilkan susu tinggi kalsium. Apabila hal tersebut terpenuhi
maka masalah kalsium yang selama ini menghantui manusia dapat terselesaikan
dengan hanya minum susu kaya kalsium.  
Selama ini, tanpa kita sadari cangkang kerang yang banyak mengandung
kalsium terbuang begitu saja setiap harinya. Sebut saja cangkang kerang hijau
(Perna viridis) karena permintaan pasar lokal meningkat, maka usaha budidaya
kerang hijau makin diintensifkan, khususnya di pantai Utara Pulau Jawa. Kerang
hijau (Perna viridis) merupakan salah satu komoditas dari kelompok shellfish
yang sudah dikenal masyarakat luas (Hikaman 1979 dalam Suwigyo et al.1984).
 Kerang hijau adalah salah satu hewan laut yang sudah lama dikenal
sebagai sumber protein hewani yang murah, kaya akan asam amino esensial
(arginin, leusin, lisin). Kerang yang mengandung daging sekitar 30% dari berat
keseluruhan, yang mengandung mineral-mineral. Hal ini memberikan gambaran
bahwa aktivitas unit pengolahan kerang hijau semakin tinggi. Kegiatan
pengolahan kerang hijau menghasilkan limbah padat yang cukup tinggi. Besarnya
jumlah limbah padat cangkang kerang hijau yang dihasilkan, maka diperlukan
upaya serius untuk menanganinya agar dapat bermanfaat dan mengurangi dampak
negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Berdasarkan data ekspor
hasil perikanan Indonesia pada tahun 2003 dan 2004, untuk komoditas kulit
kerang dihasilkan sekitar 2 752 ton (DKP, 2005).






Berkaitan dengan ketentuan CCRF (Code of Conduct for Responsible
Fisheries), maka usaha pengolahan hasil perikanan harus dilakukan lebih optimal
dan ramah lingkungan. Pemanfaatan limbah padat kerang hijau belum dilakukan
secara optimal oleh beberapa unit pengolahan ikan yang berkembang di Indonesia
untuk meningkatkan nilai tambah (added value) dari komoditas tersebut. Selaras
dengan hal ini, penggunaan cangkang kerang hijau sebagai peningkat kadar
kalsium dalam susu merupakan solusi kedua masalah tersebut.
 Selama ini limbah padat kerang berupa cangkang hanya dimanfaatkan
sebagai salah satu materi hiasan dinding, hasil kerajinan, atau bahkan sebagai
campuran pakan ternak. Pengolahan limbah tersebut tentunya belum mempunyai
nilai tambah yang besar karena masih terbatas dari segi harga maupun jumlah
produksinya. Sehingga diperlukan upaya dalam pemanfaatan limbah tersebut
berupa diversifikasi produk pangan manusia yang diformulasikan dalam bentuk
tepung sebagai sumber kalsium alami dan diaplikasikan sebagai bahan peningkat
kalsium pada susu. Oleh karena itu, dalam pengembangannya akan diungkap
dalam karya tulis ini, yaitu (1) seberapa besar komposisi tepung cangkang yang
perlu ditambahkan pada susu, (2) penyerapan kalsium susu yang ditambah tepung
cangkang, dan (3) keuntungan penambahan tepung cangkang dalam susu.

Tujuan
Karya tulis ini hendak menguraikan (1) tingkat pencemaran oleh limbah
cangkang kerang hijau, (2) memaparkan peluang pemanfaatan limbah cangkang
kerang hijau sebagai peningkat kalsium pada susu, (3) memberikan teknik
pengolahan cangkang kerang menjadi tepung, (4) memberikan  keuntungan
ekonomi dari limbah cangkang kerang, serta (5) mengatasi permasalahan
kekurangan kalsium pada manusia dewasa.

Manfaat
Manfaat makalah ini adalah (1) diperolehnya informasi mengenai tingkat
kebutuhan kalsium serta manfaatnya, (2) disosialisasikannya informasi masalah
mengenai pemanfaatan limbah cangkang kerang hijau sebagai bahan peningkat
kalsium pada susu, (3) disosialisasikannya teknik pembuatan tepung cangkang
kerang, serta (4) disosialisasikanya komposisi tepung cangkang kerang yang
sesuai dalam susu untuk berbagai tingkatan usia.


GAGASAN
Kondisi Kalsium dalam Susu
Susu merupakan bahan pangan yang banyak mengandung kalsium. Susu
yang biasa dikonsumsi dan diperdagangkan saat ini pada umumnya adalah
susu sapi. Akan tetapi, hanya 20 persen kebutuhan susu nasional yang dipasok
dari produksi sapi perah lokal, sementara sisanya dari impor. Padahal,
pertumbuhan produk olahan susu mencapai 13 persen per tahun. Sementara itu,
para peternak di Jawa Timur mengaku menghadapi sejumlah keterbatasan dalam
meningkatkan kapasitas produksinya, misalnya masalah pakan ternak. Untuk
menghasilkan susu berkualitas baik, sapi harus diberi makan konsentrat dan
hijauan atau rumput. Padahal, pada musim kemarau, para peternak menghadapi
kesulitan mencari hijauan dan harga pakan sapi mengalami kenaikan. Berbagai
upaya juga dilakukan untuk membantu peternak, misalnya dengan memberi


subsidi harga pakan ternak yang berkualitas dan memberi pelatihan manajemen
peternakan, termasuk sanitasi dan kebersihan kandang ternak. Selain itu,
anggapan susu merupakan sumber utama kalsium masyarakat di negara-negara
Barat, sedangkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia, susu masih
dianggap sebagai bahan pangan mahal, sehingga hanya mampu dijangkau oleh
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas (Kompas 2010).

Penyelesaian Masalah Ketersediaan Kalsium yang Pernah Ada
Menghadapi masalah ketesediaan susu sebagai sumber kalsium
pemerintah dan perusahaan produsen susu mengimport susu murni dari luar. Hal
ini berdampak pada mahalnya harga susu sehingga semakin sulit dijangkau oleh
masyarakat. Penyediaan alternatif sumber kalsium yang telah ada seperti kapsul
multivitamin tinggi kalsium nampaknya masih jauh dari harapan masyarakat
kecil. Mengingat harganya yang berkisar seratus ribu hingga satu juta masih di
luar daya beli masyarakat. Tidak hanya itu, upaya pencarian alternatif sumber
kalsium yang paling banyak di alam adalah batu gamping. Akan tetapi kandungan
racun dan logam terkandung di dalamnya masih jauh diambang baku mutu
konsumsi. Alternatif paling aman dan dinilai sukses saat ini adalah penambahan
kalsium melalui tepung tulang. Kandungan tepung tulang paling tinggi terdapat
pada tulang ikan yaitu berkisar 24-26% (Maulidia 2005 & Tababaka 2004). Akan
tetapi angka tersebut masih lebih kecil bila dibandingkan dengan kalsium pada
cangkang kerang  yang berkisar 28,97% hingga 39,55% (Yulianti 2009).

Kelebihan Cangkang Kerang yang Diformulasikan dengan Susu Fermentasi

Cangkang moluska sebagian besar tersusun atas kalsium karbonat, kalsium
fosfat, Ca(HCO3)2, Ca3S, dan kalsium aktif yang terbuat dari sumber kulit kerang
dan jenis-jenis kalsium yang termasuk kalsium non-organik yang tersusun dari
lapisan calcite dan aragonite (Gregoire 1972) yang amat tinggi kandungannya
sesuai yang disebutkan pada subbab sebelunnya. Sifat basa kalsium karbonat yang
selama ini mengurangi kinerja asam lambung sehingga sulit diurai dan diserap
tubuh dapat diatasi dengan penambahan susu. Kebanyakan kalsium hanya dapat
larut dalam cairan asam yang memiliki pH mendekati 7, kalsium tidak dapat larut
dan menggumpal. Usus kecil dalam tubuh kita mempunyai pH 7,2-7,8. Oleh
karena itu, kalsium tidak dapat larut dan melekat di dinding usus. Ini akan
berakibat kalsium tidak dapat diserap dan mengganggu penyerapan usus untuk
nutrisi yang lain. Hal tersebut ditangani dengan pencampuran susu fermentasi.
Susu yang bersifat amfoter yang ber-pH 6,65 hingga 7,22 (Mirdhayati
2008). Selain itu, fermentasi juga dapat menurunkan pH kalsium karbonat
sehingga  dapat terserap dengan maksimal. Bila dibandingkan dengan susu segar
biasa kadar kasium susu olahan berbasis fermentasi memiliki kandungan per 100
gram lebih banyak dalam susu segar hanya terkandung kalsiun 125 miligram
(Winarno 1992) sedangkan yoghurt dan keju berturut-turut sebesar 199 miligram
dan 729 miligram Weinsier dan Krumdieck (2000). Angka tersebut akan semakin
tinggi dengan penambahan tepung cangkang. Tidak hanya tingginya kadar
kalsium yang membuat penyerapan kalsium dari cangkang kerang lebih baik.
Akan tetapi tambahan fosfor, magnesium, potasium, seng, dan protein juga


menjadi penyebab penyerapan kalsium dari cangkang kerang lebih tinggi
dibanding sumber lain (Permana 2006).
Pemanfaatan cangkang kerang yang masih terlalu minin menjadi poin
tersendiri penggunaannya sebagai produk olahan penambah kalsium. Tercatat
hanya 20% dari limbah cangkang kerang yang diproduksi sebagai pakan,
kerajinan, dan produk lain (Winarno 1992). Hal ini pula yang menyebabkan harga
cangkang kerang lebih murah bila dibandingkan dengan tepung ikan atau tepung
tulang.

Peran Lembaga Terkait dalam Pelaksanaan Ide Ini
Dalam pelaksanaan ide ini diperlukakn kerjasama berbagai pihak di
bidang yang terkait dengan pengolahan susu dan kerang. Beberapa langkah yang
perlu dilakukan demi tercapainya ide ini diantaranya, membina kerjasama antara
produsen susu, produsen tepung cangkang kerang fortifikasi dan perusaaan
pengolahan susu. Perusahaan produsen kerang melakukan fortifikasi cangkang
kerang sebagaimana ketentuan CCRF (Code of Conduct for Responsible
Fisheries), sehingga lebih optimal dan ramah lingkungan. Selanjutnya tepung
cangkang kerang hasil fortifikasi olahan pabrik kerang dibawa ke pabrik susu
untuk digunakan sebagai bahan campuran susu fermentasi menjadi yoghurt dan
keju tinggi kalsium dan memiliki daya serap tulang tinggi.  Peran serta nelayan
dan petani kerang kecil tak boleh dilupakan sebagai produsen terbesar bahan baku
cangkang kerang di Indonesia.
Selain itu, lembaga penelitian seperti LIPI dan BPOM ( Badan Pengawas
Obat dan Makanan) perlu mengawasi kondisi cangkang kerang yang diproduksi.
Pengawasan dan penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas,
manfaat serta kerugian ide ini di masyarakat sehingga masalah kalsium di
masyarakat dapat terselesaikan. Terakhir, tak lengkap ide ini tanpa dukungan
media dan pemerintah sebagai penyampai ke masyarakat pentingnya kalsium dan
manfaat mengkonsumsi produk susu olahan (yoghurt dan keju). Mengingat masih
ada anggapan mengkonsumsi keju dan yoghurt hanyalah budaya bangsa barat.

Langkah Strategis Pembuatan Susu Fermentasi Tinggi Kalsium
 Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah pemroduksian tepung
cangkang kerang. Tepung cangkang adalah bahan hasil penggilingan cangkang.
Produk ini merupakan sumber mineral (terutama kalsium). Pembuatan tepung
cangkang juga merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah cangkang yang
biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pengolahan kerang laut.
 Cangkang kerang  yang telah dikelompokkan berdasarkan ukuran direbus
dengan larutan NaOH 1N, kemudian dilakukan kegiataan penepungan. Analisis
karakteristik fisika yang meliputi rendemen dan derajat putih serta analisis kimia
yang meliputi kadar air, abu, lemak, protein, kalsium, magnesium, dan fosfor,
dilakukan terhadap tepung cangkang kerang. Tepung cangkang kerang dibuat
dengan modifikasi metode Sada (1984), diacu dalam Wahyuni (2007). Dilakukan


terhadap tepung cangkang kerang yang telah dimodifikasi pada tahapan
penepungan.
 Cangkang yang telah dipisah dari dagingnya dibersihkan. Cangkang
dibersihkan dengan panas matahari selama 6-8 jam, kemudian cangkang direbus
dalam NaOH 1N pada suhu 50 °C selam 3 jam. Perebusan dengan NaOH ini
bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan organik yang terdapatpada
cangkang. Cangkang yang telah direbus kemudian dinetralisasi dengan pencucian,
lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 121 derajat celcius selama 15 menit.
Cangkang yang telah dikeringkan selanjutnya dihaluskan dengan mesin penghalus
lalu disaring. Bagan alir alir proses pembuatan tepung cangkang kerang hijau
tinggi kalsium dapat dilihat pada Gambar 2.




Cangkang kerang hijau

Pembersihan

Pengeringan (50-60 ºC) selama 6-8 jam

Pengecilan ukuran

Perebusan dalam larutan NaOH 1,0 N suhu 50 ºC selama 3 jam

Endapan cangkang kerang hijau dinetralisasi (pH 7,0)
dengan pencucian

Pengeringan oven
Suhu 121ºC, 15 menit

Penggilingan

Penyaringan

Tepung cangkang kerang hijau tinggi kalsium

Pengujian Mutu

Gambar 2. Bagan Alir Proses Pembuatan Tepung Cangkang Kerang Hijau Tinggi
Kalsium


Langkah selanjutnya adalah pengecekan baku mutu yang melalui pengamatan
kelayakan sifat fisik dan kimia yang dimiliki tepung cangkang kerang. Dengan
demikian tepung cangkang kerang yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.
 Setelah berubah wujud menjadi tepung cangkang, selanjutnya tepung
dikirim ke produsen pengolahan susu fermentasi. Di pabrik susu olahan tepung
cangkang di campurkan ke dalam susu segar sebelum melalui proses fermentasi
oleh bakteri Lactobacillus sp. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses
penguraian senyawa yang berikatan dengan kalsium dan mineral penting lainnya
bersamaan dengan proses pengasaman dalam fermentasi. Sehingga susu siap
diminum ketika proses fermentasi selesai dilakukan.
Penambahan jumlah tepung cangkang kerang 1% dari jumlah susu segar
yang digunakan. Angka tersebut diperoleh dari perkiraan takaran saji perkonsumsi
adalah 200 ml yang mengandung 250 miligram kalsium sehingga dengan
penambahan 1 %  tepung cangkang kerang jumlah kalsium terlarut bertambah 740
miligram kalsium yang sudah dapat memenuhi kebutan kalsium harian
berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) (Widyakarya Pangan & Gizi LIPI,
2004). Selain itu 1% tepung kerang juga dapat memenuhi permintaan harian tubuh
akan fosfor. Setiap takaran saji susu hanya mengandung 30% asupan fosfor yang
dianjurkan yaitu sekitar 700 mg/hari (Ilich dan Kerstetter 2000). Penambahan 1%
tepung cankang kerang, maka kadar fosfat akan bertambah 20-40 miligram persaji
karena dalam cangkang terdapat fosfor sebesar 1-2% (Gregoire 1972).
Selanjutnya, kalsium bersama-sama dengan fosfat membentuk kristal yang tidak
larut disebut kalsium hidroksiapatit (3Ca


3
(PO4)
2
.Ca(OH)
). Bahan kimia ini lah
yang menjadi komponen penyusun tulang (Permana 2006).


KESIMPULAN
2
Mengatasi masalah kekurangan kalsium, pemanfaatan cangkang kerang
hijau dengan metode fortifikasi dengan menambahkan 1% dari bobot susu dapat
meningkatkan kadar kalsium hingga 740 mg persaji. Selain itu juga akan
meningkatkan fosfor sebesar 20-40 mg persaji. Selanjutnya, kalsium bersamasama

dengan fosfat membentuk kristal yang tidak larut disebut kalsium
hidroksiapatit (3Ca
3
(PO4)
2
.Ca(OH)
). Sifat basa kalsium karbonat yang selama ini
mengurangi kinerja asam lambung sehingga sulit diurai dan diserap tubuh dapat
diatasi dengan penambahan susu. Kebanyakan kalsium hanya dapat larut dalam
cairan asam yang memiliki pH di bawah 7, kalsium tidak dapat larut dan
menggumpal. Usus kecil dalam tubuh mempunyai pH 7,2 – 7,8. Oleh karena itu
kalsium tidak dapat larut dan melekat di dinding usus. Ini akan berakibat kalsium
tidak dapat diserap dan mengganggu penyerapan usus untuk nutrisi yang lain. Hal
ini diatasi dengan pencampuran susu fermentasi yang bersifat asam sehingga
proses penyerapan tidak terganggu. Fosfor, magnesium, potasium, seng, dan
protein juga menjadi penyebab penyerapan kalsium dari cangkang kerang lebih
tinggi dibanding sumber lain (Permana 2006). Flowchart  proses produksi susu
fermentasi tinggi kalsium berbahan cangkang kerang ini dapat dilihat pada
Gambar 3.


2


Pengumpulan limbah
cangkang kerang dari
nelayan dan petani
budidaya
Penambahan jumlah
tepung cangkang kerang
1% dari jumlah susu
segar
Proses fermentasi oleh
bakteri Lactobacillus sp.
proses pembuatan tepung
cangkang kerang hijau
tinggi kalsium
Pengecekan baku mutu
yang melalui pengamatan
kelayakan sifat fisik dan
kimia
Peninkatan kadar Ca
740mg dan fosfor 20-40mg
dalam susu fermentasi



Gambar 3. Flowchart  Proses Produksi Susu Fermentasi Tinggi Kalsium
Berbahan Cangkang Kerang

Proses diawali dari pengumpulan limbah cangkang kerang dari nelayan
dan petani budidaya. Langkah berikutnya adalah proses pembuatan tepung
cangkang kerang hijau tinggi kalsium. Cangkang kerang  yang telah
dikelompokkan berdasarkan ukuran direbus dengan larutan NaOH 1N, kemudian
dilakukan kegiataan penepungan. Analisis karakteristik fisika meliputi rendemen
dan derajat putih serta analisis kimia yang meliputi kadar air, abu, lemak, protein,
kalsium, magnesium, dan fosfor.
Cangkang yang telah dipisah dari dagingnya dibersihkan. Cangkang
dikeringkan dengan panas matahari selama 6-8 jam, kemudian cangkang direbus
dalam NaOH 1N pada suhu 50 derajat celcius selam 3 jam. Perebusan dengan
NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan organik yang
terdapatpada cangkang. Cangkang yang telah direbus kemudian dinetralisasi
dengan pencucian, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 121 °C selama 15
menit. Cangkang yang telah dikeringkan selanjutnya dihaluskan dengan mesin
penghalus lalu disaring dan menjadi tepung.
Setelah ditambahkan 1% tepung cangkang kerang barulah susu mengalami
proses fermentasi oleh bakteri Lactobacillus sp. Proses ini yang akan menurunkan
derajat keasaman sehingga pH menjadi asam. Susu pun siap untuk mengalami
proses pengemasan yang selanjutnya dikonsumsi sebagai susu dengan kalsium
tinggi.
Dengan demikian, masalah limbah cangkang kerang saat musim panen
dapat diselesaikan sehingga ketentuan CCRF dapat terpenuhi. Bersamaan dengan
hal tersebut,  masalah kalsium dapat diselesaikan. Dahulu orang harus
mengkonsumsi susu 4-10,5 gelas perhari untuk memenuhi kebutuhan kalsium
harian mereka. Daya beli yang rendah mengkibatkan hal tersebut tidak dapat
terlaksana. Akan tetapi dengan adanya susu fermentasi tinggi kalsium berbahan
cangkang kerang ini, masyarakat cukup hanya mengkonsumsi susu satu gelas
perhari dan dapat memenuhi kebutuhan kalsium mereka.




DAFTAR PUSTAKA



[DEPKES] Derpartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Jalan 10.000
 Langkah Mencegah Osteoporosis. http: // www.indonesia.go.id.
[5Maret2010].

Gregoire C. 1972. Structure of Mollusca Shell. Di dalam: Florkin M, Scheer BT,
editor. Chemical Zoology Mollusca. Volume VII. New York: Academic
Press. Hlm 45-102

Karnkowska EJ. 2004. Some aspects of nitrogen, carbon, and calcium
accumulation in mollusca from the Zegrzynsky resevior ecosystem. Polish
Journal of Environmental Studies 14 (2):173-177

Maulida N. 2005. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Madidihang (Thunnus
albacores) sebagai Suplemen dalam Pembuatan Biskuit (crekers) [skripsi],
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nasoetion A, Riyadi H, Mudjajanto ES. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan.

Permana H. 2006. Optimalisasi Pemanfaatan Cangkang Kerang Hijau (Perna
viridis) dalam Pembuatan Kerupuk [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Soekarti M dan Kartono D. 2004. Angka Kecukupan Mineral : kalsium, fosfor,
magnesium, flour. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII,
Ketahana Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi;
Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetehuan Indonesia
hlm 375-391

Suwigyo P, Suwigyo S, Suwardi K. 1984. Organisma Inang Kijing Taiwan.
Bogor. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi,
Institut Pertanian Bogor.

Tababaka R. 2004. Pemanfaatan Tepung Tulang Ikan Patin (Pangasius sp.)
sebagai Bahan Tambahan Kerupuk [skripsi]. Bogor :
 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
 
Wahyuni M. 2007. Kerupuk Tinggi Kalsium: Nilai Tambah Limbah Cangkang
Kerang Hijau Melalui  Aplikasi Teknologi Tepat Guna.
http://www.dkp.go.id/content.php. [17 November 2008].

Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Yulianti. 2009. Sifat Fisik dan Kimia Cangkang Kijjing Lokal (Pilsbryoconcha










































exilis) [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar